Sabtu, 06 Maret 2010

Bunker


PARTAI Golkar sungguh luar biasa. Walaupun tidak lagi menjadi pemenang Pemilu 2009, tapi sinarnya yang gemerlap sangat menyilaukan. Tidak ada partai lain yang mampu menandingi acara Musyawarah Nasional (Munas) yang berlangsung di Pekanbaru itu, pekan lalu.
Liputan media massa yang disiarkan secara langsung (live) oleh beberapa stasiun teve, sampai perhatian rakyat dan para petinggi di negeri ini, semakin memberikan pengakuan bahwa partai berlambang pohon beringin ini belum redup. Ia masih akan menjadi perhitungan serius pada Pemilu yang akan datang.
Aburizal Bakrie akhirnya menang sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Ini adalah saat-saat diujung deadline pemerintahan SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono) mengumumkan susunan kabinetnya. Publik telah memahami Aburizal alias Ical adalah ‘utusan’ SBY agar partai itu bergabung bersama pemerintah. Dengan kemenangan Ical, pemerintahan SBY berada di posisi aman. Tidak ada lagi partai oposisi, karena PDI Perjuangan yang pernah memainkan peranan oposisi diperiode SBY-JK juga sudah ‘tunduk’ dengan SBY.
Begitu besarnya ambisi Aburizal menguasai Golkar, membuat rakyat bertanya-tanya; apa lagi yang diiinginkan pengusaha terkaya di Indonesia itu? Ia telah memiliki segala-galanya – yang mungkin tak habis untuk tujuh turunan dinastinya.
Dari sudut yang lain, ada pula Tommy Soeharto yang jumlah kekayaannya diduga lebih besar dari Aburizal Bakrie. Tommy yang selama ini terkesan menyembunyikan diri dari hiruk pikuk politik, tiba-tiba mencalonkan diri menjadi kandidat ketua umum Partai Golkar. Putra mendiang Presiden Soeharto ini menantang Aburizal. Tapi belakangan – konon karena membaca tak berpeluang menang -- Tommy mengarahkan dukungannya kepada kandidat Suryo Paloh (bos Metro Tv).
Sejak dulu, Golkar memang menjadi ’bunker’ (tempat perlindungan) para konglomerat. Mereka dekat dengan penguasa sekaligus ikut ’membidani’ para politikus yang ingin jadi penguasa. Ada ’perdagangan’ di sana. Konglomerat membiayai kandidat dan setelah menjadi penguasa maka usaha si konglomerat tambah berjaya. Minimal, usahanya terlindungi dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang merugikan pengusaha.
Ini sudah menjadi semacam simbiose. Sehingga nyaris tak terbendung yang namanya kolusi penguasa dengan pengusaha. Mereka yang memainkan kebijakan dan keuntungan. Siapa yang dekat penguasa, mereka diuntungkan.
Aburizal Bakrie dengan Golkarnya diyakini memang ingin mencari langkah aman. Sebab Ical bersama SBY, telah melalui hari-hari yang indah pada lima tahun terakhir. Dalam kasus lumpur Lapindo misalnya, beban kerugian yang logisnya ditanggung perusahaan milik Bakrie – dengan berbagai cara - justru berbagi beban dengan pemerintah.
Tommy juga perlu ‘benteng’ untuk mengamankan hartanya yang masih sering diutak-atik dan diincar negara, karena dinilai didapat dengan cara tidak sah. Inipun memberikan pengakuan kalau Golkar adalah ‘bunker’ yang tepat. **

Tidak ada komentar: