Sabtu, 15 Agustus 2009

Cinta


TIGA perempuan bikin heboh republik ini. Pertama; Rani Juliani (22), caddy lapangan golf yang menjadi saksi kunci ditangkapnya Antasari Azhar atas tuduhan sebagai pelaku intelektual pembunuhan pengusaha farmasi, Nazaruddin. Rani diduga terlibat cinta segitiga dengan Antasari dan Nazaruddin.
Kedua Manohara Odelia Pinot (17) yang lari setelah merasa disekap dan disiksa oleh suaminya yang seorang pangeran Kesultanan Kelantan Malaysia Barat. Ini adalah kisah cinta pula, yaitu dua sejoli yang berbeda bangsa dan status, sampai akhirnya retak karena ada kekerasan dalam rumah tangga.
Sedangkan perempuan ketiga Prita Mulyasari (32). Nama terakhir ini sedang berjuang di Pengadilan Negeri Tangerang akibat sebuah email yang dikirimnya dianggap menjelek-jelekkan sebuah rumah sakit di Jakarta.
Ketiga perempuan itu telah hinggap di hati publik dengan masing-masing karakter. Yang ironis adalah Rani Juliani. Mahasiswi yang dikabarkan sedang hamil itu tak pernah muncul di depan umum. Padahal semua media massa mengkaitkan dirinya dalam kasus cinta segitiga yang berakhir pembunuhan suaminya itu.
Seorang wartawan dari Jakarta mengatakan kepada saya; kalau saja Rani Juliani mau, maka ia bisa kaya raya. Yaitu dengan menggugat semua media massa yang memberitakan tentang dirinya, namun tidak pernah mendapat konfirmasi untuk keseimbangan berita. Keseimbangan adalah kewajiban sebuah pemberitaan dan Rani bakal menang di pengadilan. Simak, berapa ribu media yang memberitakan dirinya dengan tuduhan-tuduhan yang menjelekkan nama baiknya? Tiap media didenda Rp1 juta saja, maka Rani bisa mengantungi miliaran rupiah.
Bagaimana dengan Manohara, perempuan yang sedang berada di puncak popularitas di negeri ini? Ia adalah orang beruntung karena diperistri seorang pangeran dari Kesultanan Kelantan Malaysia Barat. Kehormatan, status sosial, materi, dia bisa miliki secara instan. Hanya saja ia terlalu muda untuk menikmati semua itu, sehingga diusia perkawinan yang tak sampai setahun sudah terancam bubar.
Prita Mulyasari adalah perempuan yang berbeda dengan Rani maupun Manohara yang menjadi populer karena terkait kisah cinta. Nasib Prita, ibu muda ini, menggugah simpati karena menjadi tahanan dan disidang oleh pengadilan usai berkeluh kesah tentang pelayanan sebuah rumah sakit melalui internet.
Tidak heran kalau kasus Prita lebih menyentuh segenap petinggi di negeri ini. Karena siapa saja bisa mengalami nasib serupa ketika menuliskan opini atau pendapat di media internet. Prita tengah berjuang untuk mencapai kebebasannya. Kalau saja ia dibebaskan, maka tentu menjadi yurisprudensi bagi puluhan juta rakyat Indonesia yang biasa menulis di dunia maya.
Lantaran itu tak mengherankan kalau Prita lebih bertabur ’cinta’, terutama dari publik yang mendambakan kebebasan mengeluarkan pendapat di negeri ini. Semoga ’cinta’ itu pula yang menjadi kekuatan membebaskannya. **

Tidak ada komentar: