Sabtu, 15 Agustus 2009

Partai Tua


AKHIRNYA Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presidenku kedua kalinya. Berganti pasangan dari Jusuf Kalla kepada Boediono, tak berpengaruh banyak. Benar sinyalemen para pengamat, siapapun pasangannya SBY tetap menang.
Kemenangan SBY-Boediono – walau masih sebatas quick count karena real count masih menunggu pengumuman KPU (Komisi Pemilihan Umum) – memberikan keyakinan sudah berakhirnya kekuasaan partai-partai tua. Sejak kelahiran Golkar 20 Oktober 1964 atau sejak 45 tahun silam, Golkar yang awalnya berupa Sekretariat Bersama (Sekber) 97 organisasi yang berafiliasi, selalu dimanjakan oleh kekuasaan. Tidak pernah lepas dari pemerintahan. Pemilu tahun 2004 adalah masa terakhir partai Orde Baru era Presiden Soeharto ini tampil jadi pemenang.
PDI Perjuangan tak tergolong partai tua memang. Tapi berdirinya partai itu merupakan pembaruan atau pecahan dari partai tua Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang selalu bersama-sama Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sejak dimulainya Orde Baru. PDI Perjuangan berdiri setelah peristiwa 27 Juli 1996 dan menang Pemilu pada 1999.
Zaman sudah berubah, adanya pembaruan dalam undang-undang mengenai Pemilu telah memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menyalurkan aspirasi politik dengan banyak pilihan. Dan kesempatan itu sudah diberikan kepada Partai Demokrat yang menang dalam Pemilu legislatif tahun 2009. Rakyat sudah bergerak meninggalkan partai-partai tua.
Begitu pentingnya peranan partai dalam menentukan kehidupan masyarakat. Bahkan semua kondisi yang terjadi saat ini, misalnya menyangkut besarnya angka kemiskinan, tingginya jumlah pengangguran, utang luar negeri yang terus membengkak dan tergadaikannya sumber daya alam untuk asing, adalah akibat salah urus dari pemerintah yang berkuasa. Dalam sistim kita, pemimpin tertinggi pemerintahan adalah pejabat politik yang diutus partai pemenang Pemilu.
Hadirnya Partai Demokrat sebagai pemenang Pemilu 2009, merupakan amanat rakyat yang tak boleh disia-siakan. Sebab tugas teramat berat, yakni membenahi warisan kekuasaan sebelumnya yang sudah terlanjur salah urus. Pesta sudah selesai dan pekerjaan sudah menumpuk di depan mata.
Adalah tepat untuk mereview kembali Indonesia, terutama dari sisi ekonominya. Kekuatan sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah dan kesalahan kebijakan masa lampau dari pengelolanya.
Rakyat membutuhkan tempat tinggal yang layak, biaya kesehatan dan pendidikan gratis sehingga tak ada lagi anak-anak terlantar di bawah kolong jalan tol kota Metropolitan. Saatnya mengembalikan kedaulatan SDA untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Bagi partai-partai tua, sebaiknya memang menjadi oposisi. Menjadi ’penggonggong’ jika ternyata kebijakan pemerintahan yang baru menghasilkan kondisi lebih buruk ketika mereka menjadi penguasa. **

Tidak ada komentar: