Selasa, 03 Maret 2009

Track Record

PEKAN tadi saya mendapat kabar kalau Rizal Malarangeng mundur dari niatnya mencalonkan diri sebagai Presiden RI. Setelah sejak bulan Juli berkampanye melalui iklan televisi dan baliho, media internet dan radio serta berbagai surat kabar, Rizal merasa dirinya masih belum mendapat tempat di masyarakat.

Mundurnya Rizal setelah melihat dengan jelas bahwa hasil polling berbagai lembaga riset, tidak juga mendongkrak namanya menyamai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Megawati, Jusuf Kalla, Prabowo, Sultan Hamengkubuwono, Wiranto dan Amien Rais. Nama-nama tokoh jadul alias jaman dulu masih paling populer.

Buat saya, Rizal telah membuktikan dirinya sebagai tokoh muda yang rasional. Ia tidak memaksakan kehendak ketika rakyat – sesuai bukti ilmiah poling – tidak memberikan dukungan terhadapnya. Lebih baik mundur dari sekarang.

Tapi pertanyaannya adalah mengapa rakyat Indonesia tidak tertarik dengan Rizal? Justru masih memilih calon pemimpin yang jadul? Apakah fenomena Barack Obama yang terpilih menjadi Presiden ke-44 Amerika di usia 46 tahun tak berhasil mempengaruhi rakyat Indonesia tentang perlunya tokoh muda sebagai pemimpin?

Mencari jawaban itu, akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan; bahwa seorang pemimpin bukan ditentukan issue tua atau mudanya calon itu. Tetapi masyarakat melihat dari talenta, track record atau rekam jejak dan keberpihakan kepada rakyat.

Tokoh-tokoh tua bukan mucul begitu saja. Mereka telah merintis karir politik itu sejak lama dan menunjukkan komitmen mereka terhadap kepentingan rakyat. Sedangkan Rizal baru memulainya – setidaknya baru dikenal publik - ketika ia tampil sebagai seorang pengamat di televisi dan juga sebagai penulis. Bahkan ia kalah populer dari kakak kandungnya sendiri Andi Alfian Malarangeng. Ia terlalu berani untuk bermain di domain RI 1 – istilah untuk jabatan Presiden.

Saya jadi terbayang dengan calon-calon legislative yang bakal bertarung dalam Pemilu bulan April 2009 nanti. Di kota saya – Samarinda – sudah terpampang berbagai poster, baliho dan juga spanduk yang memajang foto-foto calon tersebut. Ada calon untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD), calon DPR RI, DPRD Kaltim dan calon DPRD Kota Samarinda. Anehnya, sebagian besar calon yang fotonya terpajang itu belum saya kenal. Saya tidak tahu apa track record dan karya nyata calon-calon itu di masyarakat.

Di beberapa partai, saya juga menyaksikan munculnya calon legislatif yang sebagian besar adalah anggota keluarga dari sang ketua partai. Ada istri, anak, keponakan dan mantu. Semua dipasang di nomor jadi atau nomor satu dari daerah yang berbeda-beda. Artinya kalau ‘usaha’ ketua partai itu berhasil, maka di lembaga legislative itu ada kekuasaan sebuah keluarga. Wah!

Tidak ada komentar: