Jumat, 22 Februari 2008

Amins Vs Awang

Oleh: charles siahaan

PEMILIHAN Gubernur Kaltim makin dekat. Menurut jadwal Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) acara pencoblosan bisa dilaksanakan 26 Mei 2008. Rakyat Kaltim akan menentukan pilihan; siapa pemimpin terbaik versi rakyat.
Sejak setahun silam, otak kiri saya sudah didominasi oleh dua tokoh, Achmad Amins atau Awang Faroek Ishak. Inilah calon pemimpin Kaltim kelak. Insyaallah.

Perjalanan waktu yang panjang ternyata tidak membuat kedua tokoh ini terlihat lelah. Achmad Amins misalnya, masih mampu menembus belantara dan menyebrang laut menggunakan speedboat untuk menemui rakyat Kaltim yang ada di Hulu Kabupaten Pasir, Bulungan, Malinau, Berau bahkan Kutai Barat. Perjalanan berhari-hari yang biasanya dilakukan setiap penghujung minggu, usai merampungkan pekerjaan dinas sebagai Walikota Samarinda.

Apa yang diperoleh Amins dengan mengunjungi ratusan desa itu?

Tak kalah juga dengan Awang Faroek Ishak. Hampir bersamaan dengan Achmad Amins yang mendeklarasikan diri sebagai calon kandidat Gubernur Kaltim periode 2008 – 2013 pada tanggal 26 Desember 2006, Awang Faroek Ishak yang akrab dengan singkatan AFI juga mengkampanyekan diri melalui Kalima. Ini adalah istilah yang dibuat AFI bersama dengan timnya yang diklaim terdiri dari 600 orang intelektual. Kalima itu sendiri berisi peningkatan Keimanan, pengentasan Kemiskinan, pemberantasan Kebodohan, perluasan Kesempatan kerja, dan peningkatan pelayanan Kesehatan.

Nyatanya, Kalima telah menjadi gerbong yang mengusung AFI sebagai calon Gubernur Kaltim sebelum ada partai-partai politik berdatangan. AFI yang Bupati Kutai Timur ini juga membentuk pengurus Kalima sampai ke kecamatan-kecamatan dan ia pun melowongkan waktunya untuk kepentingan itu.

Apa pula yang didapat AFI setelah ia melihat Kaltim sampai ke desa-desa?

Jawaban klasik yang muncul dari Achmad Amins dan Awang Faroek Ishak adalah serupa; yakni kemiskinan dan ketertinggalan pembangunan. Duit Kaltim banyak, tapi lebih besar dinikmati orang luar. Jalan tembus menuju perbatasan negara – dari jaman orde lama ke orde baru sampai orde Indonesia Bersatu, ya sama; begitu-begitu saja. Belum mulus bahkan masih banyak desa di perbatasan negara RI – Malaysia belum bisa diakses jalan darat.

Rakyat Kaltim menjadi selalu akrab dengan pepatah; bak ayam mati di lumbung padi. Itu adalah gambaran bagaimana ketidakberdayaan rakyat Kaltim melawan rezim yang telah membuat mereka hidup dengan kekurangan. Tipikal pemimpin daerah selama ini yang selalu tunduk kepada pemerintah pusat, semakin membuat rakyat dijauhi dari akses sumber daya alam yang tersedia.

Simak; siapa yang menguasai perminyakan dan gas yang ada di Kaltim? Siapa pula pengusaha yang mengeruk batubara terbesar di daerah ini? Siapa pula aktor-aktor yang menebangi hutan dan sekarang menyisakan kerusakan lingkungan di sana-sini?

Rezim telah menyingkirkan kemampuan lokal sehingga menjadi semakin marjinal. Sementara pemimpin tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela mereka. Achmad Amins atau Awang Faroek Ishak kini menjadi sumber harapan rakyat. Apakah mereka berani melawan rezim pusat demi mensejahterakan rakyat. *

Tidak ada komentar: