Rabu, 12 November 2008

Achmad Amins


SORE hari pencoblosan Pilgub Kaltim 23 Oktober 2008, sudah mulai mengkristal opini bahwa pasangan Awang Faroek Ishak – Farid Wadjdy (AFI) yang unggul. Itu lantaran ada pengumuman hasil perhitungan cepat dua lembaga survey, yakni Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI).

Esok harinya, diskusi di warung-warung dan tempat berkumpul sudah semakin nyata menyebutkan kekalahan pasangan Achmad Amins – Hadi Mulyadi (AHAD) yang diusung PKS, Patriot, PKB, Pelopor, PDK dan PBR serta ditambah dua parpol besar Golkar dan PDI Perjuangan. Dua partai terakhir baru menjadi pengusung, setelah AHAD lolos ke putaran kedua.

So, banyak teman-teman Achmad Amins di Kota Samarinda menyampaikan kepada saya bahwa mereka ingin sekali bertemu untuk memberikan simpati agar berbesar hati dalam situasi yang tidak menyamankan itu. Sebab sudah menjadi kebiasaan sebagian dari kita, hanya mau care; bedapat ketika hati teman kita sedang senang. Tapi kalau hati teman itu sedang galau atau muha merangut, malah tidak ada yang mau mendekati.

Di antara perdebatan warung kopi mengenai bagaimana situasi hati Achmad Amins saat ini, tiba-tiba siang harinya sehari setelah pencoblosan, Wali Kota Samarinda itu membuka jumpa pers yang isinya sangat mengharukan. Amins dengan sportif mengakui keunggulan AFI dalam mendulang suara. Dalam bahasa yang disampaikan Amins bahwa ia ikhlas dan legowo.

Padahal, semua memahami hasil perhitungan suara belum lagi selesai. KPUD sebagai lembaga resmi juga belum punya data apa-apa. Tapi sikap Amins telah membuktikan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang rasional. Bukan orang yang berusaha memaksakan kehendak untuk mendapatkan kekuasaan.

Kalau mau dirunut ke belakang, Amins adalah calon gubernur yang cukup banyak mengeluarkan keringat di banding cagub lain (semula ada empat cagub). Ia telah melintasi lautan, sungai, hutan dan ke pelosok-pelosok Kaltim untuk bersosialisasi dengan rakyat.

Perjuangan dari pintu-pintu politik yang harus dilalui sampai ia harus mengorbankan jabatan Ketua Partai Golkar Samarinda. Perjalanan melelahkan selama lebih dua tahun ke belakang dan diakhiri dalam semangat jiwa yang sportif. Seperti melepaskan beban dan esok kembali fresh dengan semangat baru yang tetap menggelora.

Ya, ikhlas dan legowo merupakan komitmen hati. Saatnya menghentikan perbedaan dan bahu membahu kembali membangun daerah ini. **

Tidak ada komentar: