Minggu, 21 September 2008

Pejabat Lelah


Oleh: Charles Siahaan

SUATU hari saya ngobrol dengan seorang petinggi pemerintahan di Kutai Kartanegara. Inti cerita adalah situasi politik lokal yang belakangan jadi tidak karuan. Semua pejabat takut melaksanakan program yang berkaitan dengan anggaran. Ini karena sudah banyak pejabat dari Kalimantan Timur yang terpaksa masuk penjara karena terlibat korupsi.

Membahas lebih dalam persoalan itu, maka ada tuduhan semua itu terjadi karena orang di daerah saling becakut – istilahnya saling berkelahi. Ini dimulai sejak jaman Syaukani HR mulai berambisi merebut kursi Ketua Golkar Kaltim lewat Musdapat (Musyawarah Daerah Dipercepat).

Sejak itulah iklim politik terasa panas sekali. Syaukani bermusuhan dengan Suwarna AF, yaitu orang yang dibelanya habis-habisan dalam Musdapat Partai Golkar agar menjadi Gubernur Kaltim periode 2004 - 2009. Perkelahian Syaukani – Suwarna yang diistilahkan sebagai pertempuran dua gajah itu membuat suasana tegang di Bumi Etam. Apalagi masing-masing punya gerbong kekuatan yang bisa saja berbenturan fisik sewaktu-waktu. Syaukani dari sipil dan Suwarna dari militer berpangkat Mayor Jenderal Purnawirawan pula.

Dua-duanya akhirnya masuk penjara. Tidak ada yang menang atau kalah dalam pertempuran dua gajah tersebut. Tapi dampaknya bagaikan bius yang mempengaruhi seluruh pejabat pemerintahan, politisi, generasi muda dan aktivis-aktivis LSM. Mereka saling ’menerkam’ agar lawan politik terjungkal.

Politik yang terasa kejam itu yang dimaksud dalam cerita pejabat tadi, sehingga membuat dirinya dan juga rekan-rekan sejawatnya menjadi lelah. Terlalu lelah mengikuti para politisi yang bertengkar, terlalu lelah menyaksikan para politisi dan pejabat pemerintahan akhirnya masuk penjara.

Sepertinya semua semata-mata diukur oleh kekuasaan. Kerakusan untuk berkuasa yang telah menggelapkan mata. Tak ada lagi nurani persaudaraan, semua ’terbakar’ karena simbol-simbol kekuasaan.

Saya jadi teringat pula dengan sebuah iklan kampanye Pilgub Sumatera Selatan, yaitu tampilnya Tantowi Yahya menjadi model iklan seorang pasangan cagub – cawagub Alex Noerdin-Eddy Yusuf.

Tantowi barangkali sah-sah saja menjadi model iklan, tapi yang menjadi tidak nyaman karena dalam Pilgub itu ada kompetitor pasangan Syahrial Oesman yang berpasangan dengan Helmy Yahya, saudara kandung dari Tantowi Yahya. Ya, begitulah politik yang mampu membuat persaudaraan bisa terikut retak. *

Tidak ada komentar: