Minggu, 25 September 2011

Babak Seleksi Pesaing Faroek

Masa jabatan Awang Faroek Ishak sebagai Gubernur Kaltim, baru berakhir 17 Desember 2013. Atau setidaknya masih tersisa 28 bulan. Itu sebabnya partai-partai politik mulai mencari-cari figur yang bakal diusung.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), menjadi satu-satunya yang lebih awal mengumumkan nama bakal calonnya. Ada tiga nama yang disepakati dalam Rakerda partai moncong putih itu, yaitu Emir Moeis (Ketua Umum PDIP Kaltim), Awang Faroek Ishak (Gubernur Kaltim) dan Isran Noor (Ketua Partai Demokrat Kaltim). Beberapa lembaga survei juga sudah mulai mengutak-atik para calon potensial. Bmagazine misalnya sudah menjaring 22 dari target 50 nama calon, sebelum dikerucutkan lagi berdasar pilihan pembaca. Nama Faroek, Isran dan Emir Moeis termasuk yang ikut terjaring (lihat table).
Dari wawancara beberapa kalangan menyebutkan, sulit mencari tandingan Awang Faroek Ishak dalam situasi sekarang. Tidak ada figur menonjol yang levelnya bisa disetarakan dengan mantan anggota DPR RI dan mantan Bupati Kutai Timur itu. Entah kenapa ada muncul pelabelan ‘hebat’ itu?
Padahal, kalau diikuti prestasi Faroek semasa menjadi Gubernur Kaltim sejak tahun 2008, tidak ada yang patut dibanggakan. Dia cuma mengadopsi rencana Gubernur Kaltim sebelumnya, Suwarna AF, membangun jalan Tol Balikpapan – Samarinda. Kemudian juga meneruskan membangun Pelabuhan internasional Maloy Kutai Timur yang memang digagasnya ketika menjadi Bupati Kutai Timur.
Dua program ‘raksasa’ itu sendiri tak jelas progress pembiayaanya, karena janji Faroek bakal melibatkan pendanaan swasta, tapi sampai hari ini hanya membebani APBD saja.
Ada memang yang patut mendapat pujian publik. Yaitu konsistensi pada penganggaran 20 persen APBD untuk dunia pendidikan. Dari penggelontoran dana itu ia bisa memberi beasiswa kepada ribuan mahasiswa tiap tahun.
Faroek juga dianggap punya gebrakan dalam mendirikan perusahaan penerbangan lokal bernama ‘Kaltim Air’. Walau masih sangat prematur untuk dipuji, karena sejauh ini prospeknya juga meragukan. Apalagi disebut-sebut, para pesaham yang berkongsi dengan Perusda Melati itu mulai ada yang mengundurkan diri.
Ya, apapun yang terjadi di lapangan, faktanya seorang incumbent selalu ditempatkan pada posisi yang terkuat dalam tiap pemilihan umum secara langsung. Karena begitu besar fasilitas negara yang menyertai, sehingga para incumbent bisa mendompleng untuk meninggikan popularitasnya. Begitu juga Faroek yang mulai digadang-gadang punya kans besar menjadi gubernur dua kali.
Benarkah Kaltim krisis pemimpin muda untuk menggantikan kemahsyuran Faroek?
Sebenarnya tidak juga. Partai-partai politik memiliki sejumlah kader yang siap bersaing. Partai Golkar misalnya punya kader-kader berintegritas dan berprestasi seperti Makmur HAPK (Bupati Berau), Mahyudin (anggota DPR RI) dan Hetifah (anggota DPR RI).
Partai Demokrat yang menjadi nomor dua di Kaltim dalam Pemilu lalu juga punya Isran Noor (Bupati Kutim) dan Syaharie Jaang (Wali Kota Samarinda). PKS punya Hadi Mulyadi dan PPP ada Rusman Yakub.
Mengapa kader-kader muda tidak begitu menonjol di mata publik, lantaran umumnya mereka punya rasa sungkan untuk berdebat mengenai konsep-konsep Awang Faroek Ishak. Politisi muda membiarkan jalan pikiran Faroek mempengaruhi publik, bahkan merealisasi dalam APBD tanpa adanya ‘perlawanan’.
“Saya siap beradu konsep dengan Awang Faroek Ishak,” ujar Rendi S Ismail, salah seorang tokoh muda yang kini Ketua Kadin Balikpapan. Ia juga siap maju dalam Pemilukada Kaltim jika muncul dukungan publik. #

Tidak ada komentar: