Kalau sudah ngobrolin tentang istri muda, di sebuah warung kopi yang kerap saya datangi di Kota Samarinda Kalimantan Timur, selalu rame dan heboh. Hampir semua profesi singgah di situ. Sambil menyantap sarapan pagi, kadang meledak tawa manakala bercerita beberapa kejadian tentang istri muda yang bikin heboh republik belakangan ini.
Kasus pertama adalah istri muda Irjen Pol Djoko Susilo bernama Dipta Aninditha. Selisih usia kedua pasangan itu 28 tahun. Nah, sebelumnya juga muncul di Koran kasus Bupati Garut Aceng HM Fikri yang menikah siri dengan Fani Oktora. Yang terakhir ini selisih usianya 22 tahun.
Rata-rata menganggap biasa tentang istri muda. Malah, seperti ada pengakuan bahwa para pejabat, pengusaha yang sering berangkat ke luar kota harus diwaspadai memiliki istri simpanan juga. Istri simpanan artinya perkawinan keduanya tidak mendapat restu dari istri pertama.
Sejumlah nama tokoh-tokoh birokrasi pemerintahan dan juga politisi di Kalimantan Timur memiliki istri muda. Entah, punya izin atau tidak dari yang tua.
Lebih banyak lagi yang punya gebetan WIL (wanita idaman lain) tapi tidak dinikahi. Jadi, tiap kali ke luar kota hubungan itu terajut dan banyak yang awet. Tentu saja dengan catatan semua kebutuhan harta wanita simpanan itu terpenuhi semua. Ya, rumah, mobil dan ongkos hidup hari-hari.
Makin tinggi tingkat jabatan dan juga penghasilan, makin besar kemungkinannya. Rata-rata berpandangan kalau ada uang, semua bisa dibeli. Pas, seperti Bupati Aceng HM Fiktri merendahkan kaum perempuan dengan mengucapkan kata-kata; ‘artis saja tidak sampai Rp250 juta”.
Tadinya, saya menganggap remeh adanya praktik menyuguhkan perempuan cantik kepada para pejabat pria yang sedang berkuasa. Wanita-wanita itu ikut diterbangkan ke mana pejabat tersebut berangkat perjalanan dinas. Bahkan sampai terbawa ke luar negeri.
Saya baru terkejut manakala di Singapura sebuah badan pemberantasan korupsi membongkar adanya gratifikasi seks seorang pejabat pria di negeri Singa itu. Kliennya yang seorang wanita diminta melayani nafsu seksual pejabat ini.
Di Indonesia, gratifikasi seks itu mulai tercium juga aromanya. Belum ada yang terungkap, tapi bukan berarti tidak ada.
Beberapa pengusaha bidang jasa dan konstruksi di Jakarta mengakui biasa saja mengalokasikan dana untuk entertainmen beberapa pengusaha daerah yang datang ke Jakarta. Semua dipenuhi. Hotel mewah, hiburan malam, perempuan dan lain sebagainya.
Jadi, kalau kita membicarakan kasus korupsi yang sudah menjadi budaya, sebenarnya kita jangan pernah lupa membahas kalimat lama; Tahta, harta dan wanita. #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar