Oleh: Charles Siahaan
Terus terang, program-program itu tidak ada yang baru. Sama ketika Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencalonkan diri sebagai Presiden. Bahkan sama dengan keinginan Soeharto (alm) semasa 32 tahun memimpin negeri secara otoriter.
Lebih jauh lagi, soal kemiskinan, kebodohan bangsa ini juga disuarakan rakyat Indonesia ketika berusaha merebut kemerdekaan dari Belanda. Karena alasan rakyat menderita dan bodoh pula sehingga kita tidak mau dijajah Jepang. Toh, ketika kita berhasil keluar dari cengkraman rezim yang satu ke rezim lainnya, rakyat Indonesia masih bicara kemiskinan dan kebodohan. Apa yang salah?
Alasan utama mengapa kita masih miskin dan bodoh, lantaran ada kesalahan besar para pendiri negeri ini dalam menyikapi sumber daya alam yang melimpah. Para pendahulu – stakeholder – negeri ini menyerahkan sepenuhnya pengelolaan sumber daya alam kepada para investor asing, karena menilai kita tidak mampu mengelola sendiri. Karena kebodohan kita sendiri pula akhirnya Indonesia menganut sistim ekonomi kapitalisme, di mana investor bisa sepenuhnya menguasai sumber daya alam Indonesia.
Akhirnya distribusi hasil sumber daya alam hanya berputar di pundi-pundi konglomerasi asing dan hanya menetes sedikit kepada karyawan yang bekerja di perusahaan asing itu. Kemudian untuk menghilangkan kesenjangan konglomerasi asing dengan yang mengucur ke orang lokal, perusahaan ‘merayu’ dengan mengeluarkan CSR (corporate social responsibity) yang dulu dikenal dengan istilah community development.
Pemerintah tidak bisa menjangkau, apalagi menghentikan para kapitalis itu bekerja mengeruk kekayaan sumber daya alam di rumah kita. Seorang Gubernur tidak lebih hanyalah seorang petugas Satpam bagi perusahaan asing itu, karena hanya punya tugas menjaga agar perusahaan berusaha dengan aman dan nyaman di daerahnya.
Ini fakta menyedihkan. Jadi, mengapa para Cagub masih berkutat dengan program memerangi kemiskinan dan kebodohan kalau sumber terbesar untuk memakmurkan, yakni sumber daya alam sebenarnya sudah bukan milik kita lagi? Mengapa tidak ada calon gubernur yang berani terang-terangan membeber program akan mereformasi sistim kebijakan mengenai sumber daya alam, dengan cara apapun? Ayo, bangkit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar