Oleh: Charles Siahaan
PAK Rahmat, seorang pedagang kelontongan di Samarinda ikut memaki terpilihnya Antasari Azhar sebagai Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Pemberitaan media massa yang lebih banyak porsi menyerang Antasari dan nyaris tidak pernah ada yang memberikan pujian atas prestasinya selama menangani kasus korupsi di tanah air, telah membuat Pak Rahmat juga bersikap pesimis KPK bisa segarang saat ini ketika masih dipimpin oleh Taufiqurahman Ruki.
“Semua pejabat itu korupsi. Mereka harus diseret ke pengadilan,” begitu opini Pak Rahmat. Ia termasuk yang sering mengamati tingkah laku para pejabat yang tinggal dekat rumah kontrakannya. Mulai dari gonta ganti mobil sampai mobil dinas yang dipakai ke kebun dan mengantar anak pergi sekolah serta istri berbelanja.
Lantaran kecintaan pada negeri Indonesia inilah membuat Pak Rahmat juga tidak setuju dengan masuknya Antasari Azhar sebagai salah seorang pimpinan KPK. Ia menggunakan intiusi bahwa di tangan Antasari pemberantasan korupsi bakal mengalami kemorosotan.
Tentu saja itu adalah penilaian subjektif. Sama dengan ’perasaan’ berbagai kalangan pengamat, sebagian pakar dan praktisi hukum di tanah air yang menuding Antasari diduga berada dalam lingkaran skenario lawan antikorupsi serta para pihak yang menginginkan KPK dibubarkan.
Begitu dasyatnya serangan terhadap Antasari, sehingga tentu saja masyarakat Indonesia sangat menanti langkah-langkahnya. Apakah ia akan berada sebagai super visi dari pemberantasan korupsi, atau justru terseret dalam skenario lawan antikorupsi yang memang masih begitu kuat.
Bagaimanapun adalah hak masyarakat pula untuk mengontrol jalannya program pemberantasan korupsi di negeri ini. Bukan hanya oleh KPK, tetapi juga para jaksa dan polisi yang juga punya kewenangan sama. Ya, mereka adalah institusi harapan bangsa yang patut didorong agar mampu membersihkan negeri ini dari para koruptor.
Seperti harapan Pak Rahmat, sebagai seorang pedagang ia juga menginginkan harga-harga tidak lagi mencekik lantaran terbebani uang-uang siluman yang harus dibayar pedagang dalam setiap transaksi. Ia menginginkan para pejabat mengatur pemerintahan secara jujur agar ada yang bisa dibanggakan generasi bangsa.
Sejak korupsi menggerogoti negeri ini, memang kebanggaan generasi bangsa terhadap negerinya sudah sangat merosot. Yang muncul adalah cacian, kemarahan terhadap para penyelenggaran negara yang ujung-ujungnya mengurangi rasa nasionalisme. Jarang sekali muncul kebanggaan itu, bahkan di lini olahraga yang menjunjung sportifitas. Padahal pakta kebangsaan dipercaya adalah salah satu ’obat mujarab’ yang bisa membunuh niat korupsi.
Antasari adalah harapan bangsa. Dia harus menjawab kegelisahan Pak Rahmat dengan prestasi yang melebihi pimpinan KPK sebelumnya. Selamat bekerja!*
2 komentar:
opini yang bernas, tajam dan menohok. Selamat Lae Siahaan.
Kunjungi www.domu-ambarita.blogspot.com
terima kasih
Posting Komentar